Ruj. kami : MAR / Kew. / 09/ 01
Tarikh : 1 Mei 2009
KEPADA;
YM TENGKU / TAN SERI / PUAN SERI /
DATO’ / DATIN / TUAN / PUAN / ENCIK / CIK
TUAN,
MEMOHON SUMBANGAN BAGI DANA MADRASAH
Sukacita perkara di atas adalah dirujuk. Kami adalah sebuah madrasah yang baru dibuka dan tidak mempunyai sumber kewangan yang kukuh bagi menampung keperluan pengurusan madrasah.
2. Sehubungan dengan itu, kami mengharapkan sumbangan ikhlas daripada pihak dermawan bagi melancarkan pengurusan madrasah kami.
3. Bersama ini disertakan maklumat asas Madrasah Ar-raudhah untuk perhatian pihak tuan. Sebarang sumbangan daripada pihak tuan boleh disalurkan ke AKAUN MADRASAH AR-RAUDHAH (MAYBANK : 161042160968).
4. Segala tindakan daripada pihak tuan terlebih dahulu diucapkan jutaan terima kasih. Sekian.
Yang benar,
_________________
HASHIM BIN ABI
PENGERUSI
MADRASAH AR-RAUDHAH.
s.k.: Jabatan Agama Islam Sarawak (JAIS), Cawangan Lawas
Sunday, July 5, 2009
Renungan Bersama
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",(Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)"
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
SAHABAT-SAHABAT MUSLIM, MOGA TIMBUL KESEDARAN UNTUK MENCINTAI ALLAH DAN RASULNYA, SEPERTI ALLAH DAN RASULNYA MENCINTAI KITA. KERANA SESUNGGUHNYA SELAIN DARIPADA ITU HANYALAH FANA BELAKA.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",(Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)"
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
SAHABAT-SAHABAT MUSLIM, MOGA TIMBUL KESEDARAN UNTUK MENCINTAI ALLAH DAN RASULNYA, SEPERTI ALLAH DAN RASULNYA MENCINTAI KITA. KERANA SESUNGGUHNYA SELAIN DARIPADA ITU HANYALAH FANA BELAKA.
SEHINGGA PUAS
Diberitakan oleh Abu Hurairah r.a., bahawa orang banyak bertanya kepada Rasulullah saw.. Tanya mereka, "Dapatkah kami melihat Tuhan kita nanti di hari kiamat?" Jawab Nabi, "Masih sangsikah kamu untuk dapat melihat bulan purnama pada malam empat belas yang tidak berawan?" Jawab mereka, "Tidak! Ya, Rasulullah!"
Tanya Nabi saw., "Masih sangsikah kamu untuk dapat melihat matahari di tengah hari yang tidak berawan? Jawab mereka, "Tidak!" Sabda Nabi saw., "Sesungguhnya kamu akan melihat Allah (Tuhanmu) seperti itu. Pada hari kiamat itu akan dikumpulkan seluruh manusia. Lalu Allah berfirman, "Siapa yang menyembah sesuatu (selain aku), maka hendaklah dia mengikut sembahannya itu." Di antara mereka itu ada yang mengikut matahari, ada yang mengikut bulan dan ada yang mengikut bermacam-macam thaghut (berhala).
Maka tinggallah umat Islam ini, termasuk di dalamnya orang-orang munafik. Allah akan datang kepada mereka dan berfirman, "Aku adalah Tuhanmu!" Jawab mereka, "Kami akan tetap di sini hingga Tuhan kami datang. Apabila Tuhan kami datang, kami akan mengenalNya. " Maka datanglah Allah kepada mereka, lalu berfirman: "Aku Tuhanmu!" Jawab mereka, "Ya, Engkaulah Tuhan kami." Allah akan memanggil mereka, dan sebuah jambatan dibentangkan melintasi neraka jahannam. Aku (Muhammad saw.) adalah orang pertama di antara para Rasul beserta umatnya yang pertama-tama melintasinya. Tak seorang pun di kala itu yang berkata-kata kecuali doa para Rasul. Doa mereka ketika itu ialah: "Ya, Allah! Selamatkan, selamatkan!" Di dalam neraka jahannam itu terdapat kaitan-kaitan seperti duri kayu Saadan. Tahukah anda duri kayu Saadan itu?" Jawab orang banyak, "Tahu." Sabda Nabi saw., "Rupanya seperti duri kayu Saadan, tetapi besarnya hanya Allah swt. yang tahu, manusia akan terkait kerana amalnya. Di antaranya ada yang jatuh berkait sesuai dengan amalnya, tetapi ada pula yang terkait sedikit saja, kemudian lepas."
Apabila Allah swt. menghendaki akan memberi rahmat kepada penduduk neraka, maka disuruhNya malaikat mengeluarkan orang-orang yang pernah menyembah Allah. Mereka segera mengeluarkannya, yang masing-masing dikenalnya dengan tanda bekas sujud. Allah swt. mengharamkan api memakan tanda bekas sujud. Maka keluarlah mereka dari neraka. Seluruh tubuh anak Adam akan dimakan api kecuali bekas sujud. Para malaikat mengeluarkan mereka dari neraka dalam keadaan hangus. Lalu dituangkan kepada mereka air kehidupan. Maka tumbuhlah badan mereka sebagai tumbuhnya bibit di tanah bekas banjir. Setelah Allah swt. mengadili mereka, masih ada ketinggalan seseorang antara syurga dan neraka. Dialah orang terakhir dari isi neraka yang akan masuk ke dalam syurga.
Dikala mukanya dihadapkannya ke neraka, dia mendoa: "Wahai, Tuhan ku! Palingkanlah muka ku dari neraka ini. Baunya sungguh amat menyakitkan kepada ku, dan panasnya membakar ku." Allah akan menanyainya, "Sekiranya permintaanmu Aku kabulkan, apakah engkau hendak meminta lagi yang lain?" Jawabnya, "Demi kebesaran Engkau, tidak akan kuminta lagi." Maka diperkenankan oleh Allah permintaannya (tersebut di atas) , dengan perjanjian seperti tersebut. Lalu dipalingkan Allah mukanya dari neraka. Tetapi setelah mukanya dihadapkan ke Syurga, dan dilihatnya keindahan surga, diamlah ia seketika. Kemudian ia mendoa pula: "Ya, Tuhan ku, bawalah aku ke dekat pintu syurga!" Allah bertanya, "Bukankah engkau telah mengikat janji dengan ku, yang engkau tidak akan memajukan permintaan yang lain lagi?" Jawab orang itu, "Wahai, Tuhan ku! Janganlah kiranya aku dijadikan makhluk yang paling malang !" Jawab Allah, Sekiranya Aku kabulkan permintaanmu, apakah engkau masih hendak meminta yang lain lagi?" Jawabnya, "Tidak! Demi kebesaran Mu, aku tidak akan meminta yang lain lagi!" Lalu diperkenankan Allah permintaannya dengan perjanjian, dan dia dibawa ke pintu syurga. Setelah sampai di pintu syurga, kelihatan olehnya keindahan syurga, kegemilangan, dan kegembiraan yang ada di dalam syurga. Dia terdiam pula seketika. Kemudian ia memohon pula, "Wahai, Tuhan ku! Masukkanlah kiranya aku ke dalam syurga!" Kata Allah, "Kasihan kamu, hai anak Adam! Alangkah penipunya kamu! Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan meminta lagi selain yang telah kamu peroleh?" Jawabnya, "Ya, Tuhan! Janganlah kiranya aku dijadikan makhluk yang paling malang . " Allah 'Azza wa Jalla tertawa mendengarkan ucapannya itu. Kemudian dia mengizinkannya masuk ke syurga. Berkata Allah, "Mintalah segala yang kamu inginkan." Lalu dia memohon segala yang diinginkannya sehingga ia puas. Kemudian Allah berkata pula, "Mintalah tambahannya ini dan itu." Diingatkan oleh Allah kepadanya berbagai macam keinginannya sampai ia puas. Kata Allah pula, "Semua ini untukmu, dan ada lagi tambahannya sebanyak itu pula."
Tanya Nabi saw., "Masih sangsikah kamu untuk dapat melihat matahari di tengah hari yang tidak berawan? Jawab mereka, "Tidak!" Sabda Nabi saw., "Sesungguhnya kamu akan melihat Allah (Tuhanmu) seperti itu. Pada hari kiamat itu akan dikumpulkan seluruh manusia. Lalu Allah berfirman, "Siapa yang menyembah sesuatu (selain aku), maka hendaklah dia mengikut sembahannya itu." Di antara mereka itu ada yang mengikut matahari, ada yang mengikut bulan dan ada yang mengikut bermacam-macam thaghut (berhala).
Maka tinggallah umat Islam ini, termasuk di dalamnya orang-orang munafik. Allah akan datang kepada mereka dan berfirman, "Aku adalah Tuhanmu!" Jawab mereka, "Kami akan tetap di sini hingga Tuhan kami datang. Apabila Tuhan kami datang, kami akan mengenalNya. " Maka datanglah Allah kepada mereka, lalu berfirman: "Aku Tuhanmu!" Jawab mereka, "Ya, Engkaulah Tuhan kami." Allah akan memanggil mereka, dan sebuah jambatan dibentangkan melintasi neraka jahannam. Aku (Muhammad saw.) adalah orang pertama di antara para Rasul beserta umatnya yang pertama-tama melintasinya. Tak seorang pun di kala itu yang berkata-kata kecuali doa para Rasul. Doa mereka ketika itu ialah: "Ya, Allah! Selamatkan, selamatkan!" Di dalam neraka jahannam itu terdapat kaitan-kaitan seperti duri kayu Saadan. Tahukah anda duri kayu Saadan itu?" Jawab orang banyak, "Tahu." Sabda Nabi saw., "Rupanya seperti duri kayu Saadan, tetapi besarnya hanya Allah swt. yang tahu, manusia akan terkait kerana amalnya. Di antaranya ada yang jatuh berkait sesuai dengan amalnya, tetapi ada pula yang terkait sedikit saja, kemudian lepas."
Apabila Allah swt. menghendaki akan memberi rahmat kepada penduduk neraka, maka disuruhNya malaikat mengeluarkan orang-orang yang pernah menyembah Allah. Mereka segera mengeluarkannya, yang masing-masing dikenalnya dengan tanda bekas sujud. Allah swt. mengharamkan api memakan tanda bekas sujud. Maka keluarlah mereka dari neraka. Seluruh tubuh anak Adam akan dimakan api kecuali bekas sujud. Para malaikat mengeluarkan mereka dari neraka dalam keadaan hangus. Lalu dituangkan kepada mereka air kehidupan. Maka tumbuhlah badan mereka sebagai tumbuhnya bibit di tanah bekas banjir. Setelah Allah swt. mengadili mereka, masih ada ketinggalan seseorang antara syurga dan neraka. Dialah orang terakhir dari isi neraka yang akan masuk ke dalam syurga.
Dikala mukanya dihadapkannya ke neraka, dia mendoa: "Wahai, Tuhan ku! Palingkanlah muka ku dari neraka ini. Baunya sungguh amat menyakitkan kepada ku, dan panasnya membakar ku." Allah akan menanyainya, "Sekiranya permintaanmu Aku kabulkan, apakah engkau hendak meminta lagi yang lain?" Jawabnya, "Demi kebesaran Engkau, tidak akan kuminta lagi." Maka diperkenankan oleh Allah permintaannya (tersebut di atas) , dengan perjanjian seperti tersebut. Lalu dipalingkan Allah mukanya dari neraka. Tetapi setelah mukanya dihadapkan ke Syurga, dan dilihatnya keindahan surga, diamlah ia seketika. Kemudian ia mendoa pula: "Ya, Tuhan ku, bawalah aku ke dekat pintu syurga!" Allah bertanya, "Bukankah engkau telah mengikat janji dengan ku, yang engkau tidak akan memajukan permintaan yang lain lagi?" Jawab orang itu, "Wahai, Tuhan ku! Janganlah kiranya aku dijadikan makhluk yang paling malang !" Jawab Allah, Sekiranya Aku kabulkan permintaanmu, apakah engkau masih hendak meminta yang lain lagi?" Jawabnya, "Tidak! Demi kebesaran Mu, aku tidak akan meminta yang lain lagi!" Lalu diperkenankan Allah permintaannya dengan perjanjian, dan dia dibawa ke pintu syurga. Setelah sampai di pintu syurga, kelihatan olehnya keindahan syurga, kegemilangan, dan kegembiraan yang ada di dalam syurga. Dia terdiam pula seketika. Kemudian ia memohon pula, "Wahai, Tuhan ku! Masukkanlah kiranya aku ke dalam syurga!" Kata Allah, "Kasihan kamu, hai anak Adam! Alangkah penipunya kamu! Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan meminta lagi selain yang telah kamu peroleh?" Jawabnya, "Ya, Tuhan! Janganlah kiranya aku dijadikan makhluk yang paling malang . " Allah 'Azza wa Jalla tertawa mendengarkan ucapannya itu. Kemudian dia mengizinkannya masuk ke syurga. Berkata Allah, "Mintalah segala yang kamu inginkan." Lalu dia memohon segala yang diinginkannya sehingga ia puas. Kemudian Allah berkata pula, "Mintalah tambahannya ini dan itu." Diingatkan oleh Allah kepadanya berbagai macam keinginannya sampai ia puas. Kata Allah pula, "Semua ini untukmu, dan ada lagi tambahannya sebanyak itu pula."
Subscribe to:
Posts (Atom)